Bergaul dalam perspektif Islam

Seiring berkembangnya waktu mulai banyak kata - kata baru yang digunakan kawula muda di zaman ini. Mulai dari baper, kepo, alay, galau dan lain sebagainya sehingga seakan - akan yang tidak menggunakanya dianggap ketinggalan jaman. Padahal jika kita perhatikan beberapa diantara kata - kata tersebut dapat menyinggung perasaan orang lain. Nah sebagai muslim kita harus mengetahui bagaimana seharusnya bergaul dalam perspektif Islam.


Semakin dewasa jasmani kita harus dewasa pula rohani kita

Saya membeli buku yang menarik kebetulan penulisnya adalah alumni Pondok Modern Darussalam Gontor dan telah menyelesaikan studi S3-nya di UIN Syarif Hidayatullah mengambil konsentrasi dakwah dan komunikasi. Beliau adalah Dr. M. Tata Taufik dan bukunya berjudul "Tafsir Inspiratif", buku tafsir ringan yang cocok dibaca berbagai kalangan dari masyarakat awam hingga akademisi sekalipun. Buku 185 halaman ini berisi ayat - ayat pilihan dan bahasa yang digunakan mudah dipahami.

Perhatian saya tertarik pada ayat yang berkaitan dengan pergaulan sesama manusia.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعضَ الظَّنِّ إِثمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغتَب بَّعضُكُم بَعضًا أَيُحِبُّ أََحَدُكُم أَن يَأكُلَ لَحمَ أَخِيهِ مَيتًا فَكَرِهتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Artinya :"Hai orang - orang yang beriman, jauhilah kebiasaan menduga - duga, karena sebagian dugaan itu dosa, janganlah selalu curiga dan saling menggibah (menceritakan keburukan orang lain). Apakah kamu suka memakan bangkai saudaranya yang sudah mati? Pasti kamu akan merasa jijik bukan? Bertakwalah kepada Allah dan Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Al Hujurat:12)

Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini bahwa Allah SWT melarang hamba-Nya dari kebiasaan menduga-duga yakni menuduh keluarga, sahabat, saudara pada manusia pada umumnya bukan pada tempatnya karena sebagian dari tuduhan itu bisa jadi merupakan dosa. 

Begitupun Umar bin Khattab berkata :"janganlah kamu menduga-duga atas kalimat yang diucapkan seseorang kecuali dugaan yang baik, dan kamu akan mendapatkanya benar-benar mengandung kebaikan." 

Adapun menurut Tafsir Jalalain yakni melarang kepada orang - orang beriman untuk menghindari perbuatan menduga-duga karena sebagian dari praduga adalah dosa. Salah satunya adalah su'udzan (berburuk sangka) terhadap orang lain. Jika su'udzan kepada orang fasik bukan merupakan dosa, sebatas dari yang nampak dari perbuatan mereka. Jangan pula mencari-cari aib orang lain.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah 
Pertama, ghibah maksudnya menyebut kejelekan orang lain tanpa kehadiran orang tersebut atau membicarakan aib orang lain terutama sesama muslim.

Kedua, tahasud  atau hasad bisa diartikan sebagai sikap tidak suka atas keberhasilan orang lain atau iri. Sikap ini diharamkan Rasulullah SAW dan harus dijauhi oleh muslim, wajib bagi kita untuk berbahagia atas keberhasilan dan kebahagiaan orang lain.

 Ketiga, tanajus artinya usaha menghalangi sesuatu dengan tipu daya dan berbagai upaya. Sederhananya berarti usaha tipu menipu atau curang dalam dimensi pergaulan.

Keempat haram bagi sesama muslim untuk saling membenci. Termasuk didalamnya perkataan dan perbuatan yang bisa melahirkan kebencian bagi orang lain seperti tindakan provokasi dan tindakan hujat-menghujat. Sebaliknya setiap perbuatan harus mengarah pada kasih sayang dan persatuan.

Kelima tadabur (تدابر) secara bahasa berarti saling membelakangi, dalam pergaulan berarti memutus silaturahim. Diharamkan bagi seorang muslim untuk memutus silaturahim baik dengan ucapan maupun tindakan.

Keenam menyerobot transaksi jual-beli yang sedang berlaku, seperti dengan memberikan harga yang lebih murah dengan maksud  membatalkan jual-beli yang sedang berlangsung.

Ketujuh tidak berbuat zhalim, yakni berasal dari kata zhulm atau tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya. Perbuatan ini bisa terjadi pada harta, jasad, maupun nama baik.

Kedelapan, khadzal, maksdnya adalah mengacuhkan atau membiarkan sesama muslim yang membutuhkan pertolongan, bahasa sekarang bisa disebut cuek atau tidak peduli. Muslim adalah penolong bagi muslim lain.

Kesembilan jangan menuduh muslim lain berbohong tanpa bukti jika memberi suatu kabar.

Kesepuluh jangan menghina, entah karena keturunannya, kebodohan, daerah atau alasan apapun. Karena Islam datang mengangkat derajat manusia bukan malah menghinakanya.

Sumber :"Tafsir Inspiratif" oleh KH. Dr. M. Tata Taufik, Wisemind Publishing. 

Komentar

Postingan Populer