Memahami pentingnya disiplin waktu.

Tulisan ini saya buat hanya sekedar ingin sharing kepada teman - teman tentang memahami pentingnya sebuah disiplin. Sejak masuk di Universitas Darussalam Gontor saya menemukan banya hal baru diluar pengalaman saya menjadi santri. Dalam jenjang perkuliahan ini semua hal harus dikerjakan secara mandiri dan dilakukan dengan penuh kesadaran. Jika tidak kita akan melakukanya dengan rasa nggak ikhlas atau terpaksa, untuk melawan dua hal itu kami memiliki kata - kata sakti yakni "ikhlas nggak ikhlas tetep dikerjakan juga, mendingan ikhlas kan", kurang lebih seperti itu.

Pekerjaan rumah adalah kewajiban bagi tiap mahasiswa, hampir tiap dosen yang masuk ke kelas saya pasti memberi kami PR di akhir pelajaran, jujur saja sebelum saya masuk kuliah saya anggap PR itu sebagai beban, namun setelah saya renungi akhir - akhir ini ternyata PR itu menstimulus kita untuk belajar karena pertemuan di dalam kelas saja sangat jauh dari kata cukup untuk memenuhi kapasitas belajar kita sebagai mahasiswa. Dengan PR juga dapat memperluas wawasan kita misalnya dalam pelajaran ilmu hukum cuma dijelaskan mengenai definisi hukum oleh satu pakar diluar kelas kita dapat mencari tau definisi hukum dari pakar lain.



Beberapa minggu terakhir ini bisa dibilang saya agak kehilangan arah dalam menata waktu. Dengan padatnya kegiatan kampus yang saya ikuti dan tugas dari dosen yang tiada henti lambat laun rasa bingung mulai hinggap di tubuh saya. Kadang saya berusaha mengobatinya dengan olah raga di sore hari, olah raga yang saya tekuni adalah takraw yang mayoritas pemainya mahasiswa asal Malaysia dan Thailand. Namun apa daya tubuh ini belum bisa mengimbangi otak saya yang ingin mengerjakan semuanya segera, sampai akhirnya pilek, pusing dan batuk benar - benar saya rasakan. Dua hari pertama saya berusaha menguatkan diri dengan tidak pergi ke dokter, namun pada akhirnya saya putuskan untuk berangkat ke dokter. Kata dokter saya hanya kurang istirahat di musim pancaroba ini, itu sangat melegakan bagi saya.

Diluar itu ternyata tugas dari dosen telah menumpuk dan belum saya kerjakan, parahnya lagi berhubung ini akhir bulan Muharram maka institusi yang saya urus perlu menyusun laporan bulanan. Lain lagi saya ada janji dengan teman yang minta tolong. Inilah titik dimana saya bingung, jengkel, marah pada diri saya, dan muncul pertanyaan "kenapa hal - hal ini ngga saya cicil dari kemarin???" mungkin perlu perombakan besar dalam diri saya. Jika ingat masalah "menunda" saya sangat ingat sekali dengan dua orang terdekat, pertama ibu saya yang selalu marah jika saya menunda sesuatu entah mengerjakan PR, menyiapkan jadwal pelajaran, mandi, ikut les dan lain sebagainya.Kedua guru saya yang ingin memberantas virus pemalas dan penunda dalam diri pemuda Indonesia.

Mungkin ini satu pelajaran yang sangat berharga bagi saya akan pentingnya memanfaatkan waktu teringat kata pepatah arab :
الوَقتُ كَالسَيفِ إِن لَم تَقطَعهُ قَطَعَكَ
"waktu bagaikan pedang, jika kamu tidak memotongnya maka dia akan memotongmu"
Lain lagi perkataan guru saya tentang menunda pekerjaan, ceritanya ketika di Aceh pondok tempat saya mengabdi akan kedatangan tamu besar, dan kita perlu menyiapkan hotel untuk tamu tersebut, kriterianya tidak terlalu sulit bednya untuk dua orang, tidak terlalu mewah dan tidak terlalu jelek juga karena disesuaikan dengan biaya anggaran kami. Ketika itu dua hari sebelum tamu datang kami belum mendapat hotel yang akan disinggahi. Maka tepat setelah maghrib pukul 20.00 (di Aceh waktunya lebih lambat satu jam dari pada di Jawa) kami berangkat ke kota, sudah empat hotel besar kita datangi semuanya penuh dan jika ada kamar kosong itu diluar kriteria. Jam menunjukan pukul 24.00 kami masih di Banda Aceh, padahal jaraknya untuk menuju ke pondok mencapai satu jam perjalanan. Dalam mobil kami berbincang - bincang ada satu kata yang sampai sekarang saya tanamkan dalam diri saya (meskipun kadang juga lupa) :
"jadi setiap manusia itu menyiksa dirinya dengan menunda pekerjaan mereka"
memang sebelunya kami sudah diinstruksi untuk mencari hotel seminggu sebelum ini, dan kami menundanya sampai malem ini dan kondisinya kita semua capek belum dapet hotel, duahari kedepan tamunya dateng. Sebuah pengalaman yang mungkin ngga terlupakan bagi saya.

Semoga bermanfaat untuk temen - temen agar selalu memanfaatkan waktunya mengingat potongan kata Imam Ghazali "yang paling jauh dari kita adalah masa lalu" seberapa kaya kita seberapa kuat kita kita tak akan bisa mengulang waktu. 

Komentar

Postingan Populer