Dilema Menjadi Mahasiswa

Jenjang pendidikan mahasiswa yang saya rasakan sekarang adalah jenjang yang paling mudah dan sekaligus sulit menurut saya. Mudah dalam arti kita bebas, bebas dalam arti memilih referensi yang ingin kita jadikan alat untuk memahami sebuah ilmu. Bisa dibilang juga cara belajar kita sekarang sangat jauh berbeda dengan jenjang dimasa sebelum menginjak bangku kuliah. Ilmu yang kita pelajari tidak sepenuhnya berasal dari satu buku, namun kita dituntut untuk membuka wawasan dengan membaca buku yang menunjang ilmu tadi, salah satunya dalam membuat makalah kita diharuskan membaca beberapa referensi entah dari buku, artikel, maupun dunia maya. Kemudian jenjang ini saya katakan sulit karena hampir seluruh perbuatan yang kita lakukan tidak ada unsur paksaan namun semata - mata dengan kesadaran. Jadi bagi beberapa orang yang masih "tertinggal" hatinya tentu akan keteteran dalam mengatur pola kehidupanya mulai dari belajar, mencuci pakaian, ibadah, diskusi dan lain sebagainya.


Disinilah perlunya pengontrolan diri sendiri, dulu ketika saya diangkat menjadi pengurus asrama ada satu pesan dari Bapak Pengasuh yang selalu saya ingat yakni "motivasi dari dalam diri itu sangat penting". Dalam penjelasanya yang lebih jauh motivasi terbagi menjadi dua yang pertama berasal dari luar dan dalam.

Motivasi berasal dari luar dapat kita dapat melalui membaca biografi tokoh ternama, mendengar lagu, mengkaji Al Qur'an maupun hadist Nabi dsb. Dan motivasi dari dalam diri inilah sebenarnya yang paling penting karena motivasi eksternal tadi adalah sarana untuk menumbuhkan motivasi dari dalam diri setiap manusia. Contoh mudah saja budaya ujian di Gontor itu sangat unik, jika telah dekat masa ujian maka seluruh aktivitas ekstrakurikuler dihentikan sementara dan seluruh elemen pondok harus menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar, mulai dari tulisan - tulisan himbauan untuk belajar, kemudian para wali kelas tak bosan mengingatkan anggotanya untuk belajar, belajar, dan belajar, kapanpun dan dimanapun. Ini semua adalah contoh motivasi eksternal yang dibuat untuk menstimulus motivasi internal dalam belajar khususnya. Maka jika telah timbul motivasi yang kuat dari dalam diri mungkin saja motivasi dari luar tadi tidak terlalu berpengaruh.

Dilema menentukan arah
Nah inilah yang kadang kita lupa (saya sendiri khususnya), tujuan kita menjadi mahasiswa sudah jelas untuk menuntut ilmu, itulah yang utama. Beberapa teman saya terkadang mulai kehilangan arah dan lupa tujuan awal

Lalu apa solusinya, singkat saya kita perlu memiliki kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, dengan apa? Bisa dengan ibadah mendekatkan diri kepada Allah, atau kembali ke konsep Gontor tadi, yakni menciptakan motivasi dari luar untuk mentimulus motivasi diri sendiri. Menurut saya peran teman dalam hal ini sangat penting, karena jika kita memiliki teman yang kurang baik tujuanya maka motivasi yang timbul juga akan kurang baik, namun sebaliknya jika tujuanya baik maka motivasi yang ditimbulkan dan ditularkan baik pula.

Memang tak bisa dipungkiri merasa bosan atau jenuh dalam menuntut ilmu adalah hal yang wajar dan manusiawi, yang perlu kita perhatikan adalah langkah apa yang akan kita ambil dalam menghadapi kebosanan dan kejenuhan tadi apakah terus -terusan seperti itu atau mulai mencari "obat"-nya dan bangkit kembali.

Perlu kita sadari wahai rekan mahasiswa sekalian bahwa umat menunggu kita, masyarakat menunggu kita, maka bersegeralah dalam menuntut ilmu, jangan terburu - buru ingin mencari nafkah, masa kita adalah masa menuntut ilmu maka jangan pernah menyesal menjadi akademisi dan berbanggalah.

Mari mengingat penggalan sya'ir Imam Syafi'i tentang keutamaan menuntut ilmu :

                                                   مَن لَم يَذُق ذُلَّ التَّعَلُّمِ سَاعَةً    
                              تَجَرَّعَ ذُلَّ الجَهلِ طُولَ حَيَاتِهِ
Barang siapa belum merasakan pahitnya menuntut ilmu barang sekejap mata,
Niscaya dia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya


Komentar

Postingan Populer