Liburan, penyesalan atau pengalaman?

Tak terasa hampir enam bulan saya belajar di Universitas Darussalam Gontor dan sudah sampai pada masa liburan selama sepuluh hari. Ada temen - temen yang pengen travelling ada juga yang ngga sabar untuk ngobatin homesick-nya, mungkin saya golongan orang yang terangkit homesick.

Liburan adalah suatu hal yang memang sangat ditunggu - tunggu oleh orang yang memiliki kesibukan tetap, mengobati rasa jenuh, penat, bosan dengan bertemu keluarga dirumah, ngobrol dan lain sebagainya. Kebetulan di kampus saya adalah staff LAZISWAF yakni lembaga pengelolaan zakat, infaq dan sedekah di UNIDA Gontor, maka butuh piket ketika liburan, dan orang itu adalah rekan saya. Berhubung saya juga ngga terlalu sibuk dirumah saya putuskan saya hanya tujuh hari dirumah dan langsung balik ke kampus untuk menyelesaikan beberapa tugas.
http://aws-cdn.dappered.com/wp-content/uploads/2012/05/VacationHeader1.jpg


Pada hari itu selasa pagi ba'da subuh 29 Desember 2015 saya pamitan sama orangtua langsung berangkat menggunakan kereta Madiun Tambahan, kereta ekonomi yang diminati banyak orang karena terbilang murah dan menyediakan fasilitas yang cukup nyaman bagi seorang mahasiswa seperti saya. Di dalam kereta saya bertemu banyak orang yang memang bertujuan untuk liburan. Alhamdulillah ba'da dzuhur saya sampai di Stasiun Madiun dan langsung menuju kampus di Ponorogo.

Setelah sampai saya diajak Evan yakni petugas piket liburan untuk langsung berangkat ke Gontor Putri di Mantingan, Ngawi untuk mengantar uang beasiswa dan keperluan LAZISWAF cabang. Belum sempat meluruskan kaki pukul 14.30 WIB langsung kita berangkat berbekal keyakinan bahwa kita fi-sabilillah. Jujur saya memang belum pernah ke Mantingan sebelumnya jadi ngga tau jalan dan parahnya lagi teman saya hanya mengandalkan Google Maps sebagai pemandu jalan "okelah" saya berusaha memantapkan hati saya meskipun tidak tahu jalan.

Sampai Magetan kita mulai deg-deg serr gitu karena jalan yang ditunjukan Google melewati hutan dan gunung. Sampai daerah lereng Gunung Lawu ban motor yang kita kendarai kempes dan waktu itu menjelang maghrib dan jalan yang kita lalui jauh dari pemukiman. Saya bertanya kepada beberapa orang yang ada untuk menanyakan tempat tambal ban jawabnya memang sudah tutup kalo ada lumayan jauh tempatnya. Kita berjalan menuntun motor kurang lebih 15 menit di tengah hutan dengan dua hape yang kritis baterainya, satu hape lagi kritis pulsanya. Setelah melewati masjid dan bertanya kepada seorang jamaah akhirnya kita sampai di lokasi tambal ban.
Gambar asli diambil dari tempat kejadian dengan kondisi baterai kritis.

Kita lanjutkan ekspedisi ini tanpa Google Maps karena memang kita tak berbekal power bank dan cas hape. Kurang lebih 20 menit kemudian turun gerimis yang kalau diabaikan dapat membuat basah pakaian. Lalu kita melewati pasar yang lumayan ramai saya berpikir untuk berhenti sebentar dan menyantap makan malam tapi tujuan kita masih jauh kurang lebih satu jam perjalanan lagi. Untuk sekian kalinya saya melihat hutan dan sawah yang sangat luas tanpa ada lampu jalan yang menerangi, kalau begini saya jadi ingat berita pembegalan ditelevisi.

Tulisan "Gontor Putri 1" dipinggir jalan terlihat terang dari kejauhan menunjukan akhir tujuan. Langsung kita telepon staff yang ada disana dan alhamdulillah mission accomplished.

Ini pengalaman pertama saya pergi dengan jarak hampir 4 jam dengan pulsa dan baterai kritis melewati hutan dan sawah dengan penerangan minim. Pelajaran bagi saya perlunya persiapan dalam segala hal, namun bisa menjadi cerita yang berkesan bagi saya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer