Seminar Serantau Institut Pengajian Tinggi Islam (SeIPTI) 2015

Pada mulanya mendengar judul di atas membuat saya mereka - reka seminar apa itu. Setelah bertanya sana - sini saya mulai paham itu adalah seminar internasional tahunan yang diadakan di Universitas ternama di Asia Tenggara. Sebelumnya pernah diadakan di Brunei Darussalam dan Malaysia, pada tahun ini Universitas Darussalam Gontor mendapat kesempatan menjadi tuan rumah acara ini. Materi yang dibicarakan adalah seputar pengembangan perguruan tinggi Islam. Pada tahun ini tema yang diangkat adalah "Integration of Contemporary and Islamic Knowledge in Islamic Universities" atau "Integrasi Ilmu Kontemporer dan Islam pada Universitas Islam" kurang lebih seperti itu. Acara ini berlangsung tiga hari dimulai pada Jum'at 12 Desember 2015 sampai Ahad 14 Desember 2015.
Dari kanan Dr. Yasmin Hannani, Dr. Syamsuddin Arif, Prof. Dr. Mudjia Rahardjo, Dr. Imam Bahroni, Dr. Mohd Fadzli bin Marhussein.



Bagi mahasiswa semester satu seperti saya ini merupakan hal baru dan sangat berharga, mendengar kata yang disifati dengan kata international bagi saya sesatu yang wooww, maka tanpa pikir panjang sejak pendaftaran peserta seminar dibuka saya segera mendaftarkan diri, satu hal lagi yang membuat saya tersenyum lebar adalah peserta seminar dari UNIDA Gontor tidak dipungut biaya apapun.

Adapun pemateri yang diundang adalah akademisi dari dalam dan luar negeri dan juga menurut saya adalah orang - orang yang sangat berpengalaman dibidangnya masing - masing bisa dilihat dari gelar yang menempel pada nama mereka. Diantaranya adalah Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A. Ed., M.Phil. selaku Wakil Rektor UNIDA Gontor, Prof. Dr. Musa Ahmad, B.Sc., M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), Dr. Abdul Nasir bin Haji Abdul Rani selaku Dekan Fakulti Perniagaan dan Sains Pengurusan Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UniSSA) Brunei Darussalam, adapun dari dalam negeri adalah Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si. selaku Guru Besar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Dr. Syamsuddin Arif dari International Islamic University Malaysia, Dr. Asep Gunawan, S.Pt., M.Sc. dari IPB dan masih banyak lagi (mohon maaf tidak saya sebutkan semua). Beliau itu semua memiliki profil yang sangat mudah dicari di Google menunjukan bahwa jam kerja dan prestasi mereka semua tidak main - main.

Acara ini juga diikuti launching Program Doktoral Prodi Ilmu Aqidah di UNIDA Gontor. Selain itu tempat pelaksanaan juga pertama kali digunakan yakni Main Hall Gedung Terpadu yang memiliki kapasitas mencapai 450 orang dan berkelas internasional.
Pembukaan yang dihadiri oleh Pimpinan PMDG Ustadz Hasan Abdullah Sahal

Selama acara bahasa yang digunakan antara Bahasa Arab dan Inggris, disinilah saya merasa kurang. Pondok Modern Darussalam Gontor terkenal dengan metode pengajaran bahasa Arab dan Inggris-nya yang menggunakan direct method yakni secara langsung, empat tahun saya habiskan di Kampung Damai seakan masih kurang maksimal jika ditinjau dari kemampuan untuk memahami dua bahasa asing tadi. Saya ambil kesimpulan akan perlunya bagi kita semua untuk mengembangkan minimal dua bahasa ini.

Mengenai pentingnya bahasa sendiri sedikit disinggung oleh salah satu pemateri "penduduk Indonesia memiliki penduduk mencapai dua ratus juta jiwa dan jumlah profesornya hanya empat ribu jiwa ini jumlah yang sangat kecil, salah satu sebabnya adalah faktor bahasa, banyak dari akademisi Indonesia tidak menguasai bahasa asing sehingga kemampuanya hanya berlaku didalam negeri saja" kurang lebih seperti itu.

Jujur kata - kata tadi membuat saya greget sebagai akademisi, tantangan kami mahasiswa di era modern ini sangat besar kita harus melawan serbuan wi-fi dan koneksi gratis di tiap area kampus bahkan area umum, adapun godaan sosial media yang tiada henti, bujuk rayu internet yang super cepat dan sangat mudah diakses itu semua membuat kita lupa bahwa bangsa ini menunggu kehadiran kita, membuat kita terlena akan kewajiban belajar yang akan terlihat dalam wujud IPK.

Maka saya pribadi menjadikan tulisan ini motivasi saya atau siapa saja yang berkenan membaca tulisan ini. Memang terkadang untuk mengembangkan potensi diri adalah dengan menengok keluar jendela atau yang saya sering dari motivator adalah getting out from your comfort zone, atau biasa disebut oleh guru saya adalah njajal awak.


Komentar

Postingan Populer