Waspadai Depresi Diri




Beberapa waktu lalu saya membaca novel yang isinya mengejutkan, berjudul “Hujan” karya Tere Liye, isinya menyebutkan bahwa tahun 2040an ditemukan terobosan alat pemindai saraf otak yang dapat menghapus memori manusia, khususnya memori buruk, karena pada masa itu adalah masa dimana banyak manusia mengalami penyakit yang tak dapat disembuhkan hanya oleh obat kimia yakni depresi atau stress, bahkan psikiater pun tak mampu mengobatinya.

Kemudian saya berpikir hal itu mungkin saja terjadi, karena tekanan dan problematika kehidupan yang selalu datang. Kalo saya sendiri yang hanya seorang mahasiswa problemnya mungkin sebatas banyak tugas numpuk, revisi makalah, kantong kering, telat kuliah dan lain sebagainya. Saya merasa itu semua terus datang dan tak ada habisnya, dan ternyata itu benar karena masalah, problem, cobaan akan selalu datang selama manusia masih menginjakan kaki dimuka bumi ini. Allah telah bersumpah di dalam kitab terbaik sepanjang zaman tentang hal ini


قَالَ الله تعالَى:

وَلَنَبلُوَنَّكُم بِشَيءٍ مِنَ الخَوفِ وَالجُوعِ وَنَقصٍ مِنَ الأَموَالِ وَالأَنفُسِ وَالثَمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَابِرِينَ

"Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah – buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira bagi orang – orang sabar."

Sadar atau tidak cobaan dalam berbagai bentuknya pasti datang. Ada pendapat mengatakan naqsi minal amwal adalah sesuatu yang meleset dari perkiraan manusia, menanam sekian dan berharap memanen sekian ternyata hasilnya hanya sekian. Hal ini sudah dijelaskan kurang lebih 1400 tahun lalu di dalam Al Qur’an. Dan di akhir ayat dikatakan akan bahagialah orang – orang yang sabar.

Bukan hal asing lagi jika manusia abad 20 ini gantung diri gara – gara gagal ujian Negara, ada juga mahasiswa yang membunuh dosenya sendiri, bahkan bapak membunuh istri dan anaknya karena takut tak bisa makan. Ini semua adalah indikasi depresi dan ketakutan yang amat berlebih dalam diri manusia.
 


Jika perut butuh makan untuk menghasilkan energy maka sama juga dengan hati yang butuh konsumsi yakni dengan dzikrullah selalu mengingat Allah. Maka dalam memandang problem atau masalah kehidupan kita harus pandai mencari solusinya, jika jenuh dalam belajar jangan dipaksakan cari kegiatan lain yang bisa mengurangi kebosanan kalo saya ya makan, browsing, nonton film atau main game.

Perlu kita sadari bahwa kebahagiaan akan terasa sempurna jika diselingi rasa susah, khawatir,  takut atau kecewa. Itulah roda kehidupan yang tak selalu di atas tergantung manusia yang menjalaninya

Saya harap artikel ini bermanfaat bagi saya sendiri khususnya, terlebih bagi antum yang sudah membacanya sampai sini. Jazakumullah.

Sumber : Salim A. Fillah, Ketika Kamu dan Aku menjadi Kita (Video); Tere Liye, Hujan, dan referensi penulis


Komentar

  1. sangat insfiratif ustadz, ini kalaw seperti ini mahasiswa UNIDA bisa maju. hehehe.....

    BalasHapus
  2. Bacaannya udah sampai Salim A. Fillah.. Berarti sebentar lagi sampai Jogja...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer