Resume Buku: Islam dan Kristen di Indonesia - Muhammad Natsir
Kamis, 15 November 2018
Lt.7 MK - Jakarta
Judul Buku :Islam dan Kristen di Indonesia
Penulis :Muhammad Natsir
Penghimpun
dan Penyusun :Saifuddin Anshari
Penerbit :CV. Bulan
Sabit dan CV. Peladjar Bandung bekerja sama dengan Dewan Da’wah Islamijah
Indonesia, Jakarta.
Cetakan :Pertama 1969
Pencetak :PN Karya
Tjotas, Bandung
Jumlah
halaman :243 Halaman
Sumber buku :Perpustakaan
Mahkamah Konstitusi, Sumbangan Prof. HM. Laica Marzuki, Hakim Konstitusi,
Jakarta 2 Desember 2004.
|
Dalam Kata
Pengantar penyusun memuat maksud dari penyusunan buku ini, antara lain.
Pertama, penyusun berpendirian bahwa betapa terbatasnya orang-orang di Indonesia terutama dewasa ini
yang menelaah artikel atau tulisan dari Muhammad Natsir, maka dengan buku ini
diharapkan tulisan beliau diketahui oleh masyarakat Indonesia secara luas.
Kedua,
berdasarkan penyelidikan penghimpun dapat ditarik kesimpulan bahwa, amat
terbatas sekali generasi muda Islam yang mengetahui sejarah umat Islam.
Kalaupun ada yang mengetahuinya kebanyakan mereka berorientasi kepada
literature tangan kedua yaitu bibliografi dari barat dan literature tersebut
diambil berdasarkan bahan dari tangan pertama yakni literature yang ditulis
oleh para cendekiawan umat Islam Indonesia sendiri.
Ketiga,
akhir-akhir ini perbincangan masalah keragaman hidup antar umat beragama sangat
hangat dibicarakan.
Cover Dalam - Sumber: Dokumen Pribadi Penulis |
Sedikit
catatan dari saya bahwa banyak sekali istilah Belanda yang memerlukan kamus
untuk memahaminya, dan juga semua ejaan yang digunakan adalah ejaan lama
sehingga perlu beberapa kali membaca untuk memahaminya.
Sebagai
pengetahuan para pembaca bahwa penyusun tidak menduga tulisan Muhammad Natsir
mengenai Islam dan Kristen amatlah banyak, terlebih lagi bahwa buku ini
seharusnya lebih tebal. Bahkan Muhammad Natsir tercengang mengetahui hal ini,
maka beliau sendiri menganjurkan kepada penyusun untuk melakukan penarikan dari
beberapa karangan beliau agar buku ini tidak terlalu tebal dan mampu dibeli
oleh masyarakat luas.
Penyusun
juga amat menyadari bahwa tulisan beliau amat besar sekali nilainya, sebagai
dokumen sejarah dan sebagai referensi bagi para penyelidik, serta sebagai
warisan untuk generasi yang akan datang.
Buku 243
halaman ini memuat 29 artikel beliau dan diakhiri dengan 6 lampiran-lampiran.
Saya akan menuliskan semua judul artikel dan lampiran tersebut sebagai
pengetahuan bagi para pembaca sekalian namun karena keterbatasan saya maka
tidak semuanya saya kupas secara mendalam.
Artikel
beliau dalam buku ini antara lain:
1. Orang Barat Kehilangan Agama.
2. Ruh Sutji.
3. Kristen dibelakang Pemerintah.
4. Zending contra Islam.
5. Islam, Katholiek, Pemerintah.
6. Dari Mana Perguruan Islam Partikelir.
7. Suara Adzan dan Lontjeng Geredja: Islam dalam Conferensi Zending.
8. Hakikat Agama Islam.
9. Sekali Lagi: Lontjeng Geredja.
10. Mr. C.C. Mengadjar Ummat Islam “Berani”
11. “Tindakan Administratief” dan “Godsdiendstdelict”
12. “Perangko Sosial”
13. Mendirikan “Sociaal – Bureau Islam”.
14. Oleh-oleh dari Algiers.
15. Perpisahan Geredja dan Keradjaan (Scheiding Kerk en Staat).
16. Perangko Islam.
17. “Beheerschtheid en Reserve”.
18. MIAI dan Perangko Islam.
19. “Urusan Hinaan atas Islam”.
20. “Matuchfie Suduru-hum”.
21. Naiviteit jang berbahaja.
22. Islam berantas Intoleransi Agama dan Tegakkan Kemerdekaan Beragama.
23. Keragaman Hidup Antar Agama.
24. Kode Toleransi Beragama.
25. Pendjelasan dari Mohammad Natsir.
26. Baiklah Kita Berpahit-pahit!.
27. Wawantjara Chusus Dr. Moh. Natsir di Makkah Al Mukarromah dengan Abdul Karim Niyazi dari Harian al Bilad.
28. “Negara Pantjasila” Suatu Masterpiece Agitasi: Mari saling hormati Identitas.
29. Mohammad Natsir mengadjukan Tiga Saran untuk Tiga Pihak.
"Orang Barat
Kehilangan Agama" (Pembela Islam, No.9 tahun 1930 – hlm. 15-21)
Dalam
artikel ini beliau mengupas pandangan orang barat terhadap agama Kristen dikala
itu. Setidaknya beliau mengklasifikasikan tiga pandangan. Pertama, golongan
yang tidak mau tahu dengan agama sama sekali. Kedua, golongan yang masih
setia dengan agama Kristen. Ketiga, golongan yang tidak bisa percaya
lagi kepada segala hal yang tertulis didalam Injil, namun tidak berani membuang
agama sama sekali.
Menurut
beliau golongan pertama, ialah kaum yang amat jemu kepada agama Kristen
dan berpendapat agama hanya berisi dongeng-dongeng yang tidak bisa diterima
akal sehat terlebih lagi menghalangi cita-cita untuk memperbaiki pemerintahan.
Setelah
Revolusi Perancis beberapa kerajaan Eropa berusaha melindungi agama Kristen,
karena menganggap bahwa agama ini bisa dijadikan tempat bersandar apabila
terjadi ancaman revolusi yang akan merubuhkan kerajaan.
Tercatat
beberapa usaha kerajaan yang menjadikan agama sebagai pelindung bagi mereka.
Karel X (1824-1830) yang berhaluan kolot di Prancis menjadikan Gereja Katolik
sebagai penghalang desakan kaum republic. Bismarck (1978) pemberantas
sosialisme di Jerman menggunakan Katolokisme sebagai pelindung. Alexander
(1881-1894) di Rusland menjadikan agama Kristen madzhab Grieksch-Katolik
sebagai pagar.
Tercatat
pula jatuhnya pemerintahan Lodewijk XVI di Perancis dikarenakan kejenuhan
rakyat kepada agama Kristen. Sehingga tanah gereja dijual untuk memperbaiki
keuangan negara, klooster-nya (Belanda: biara) dihapuskan, pendetanya
disuruh untuk beristri.
Golongan kedua, ialah berkat pendeta-pendeta yang gigih berusaha mempertahankan
bentengnya yang hamper rubuh itu. Memang betul apabila kita melihat secara
sepintas rumah Katolik mereka memang kokoh, gereja mereka besar dan bagus,
namun jika dilihat lebih lanjit bagaimana rupa rumah tangga mereka, terlebih
setelah Perang Dunia I.
Keyakinan
terhadap agama telah hancur, berkembangnya pengetahuan-pengetahuan dunia maka
munculah materialisme barat yang tidak mempedulikan hak bangsa-bangsa lain,
asal perut kenyang, uang banyak. Disinilah muncul perlombaan mencari koloni,
kedengkian, pembuatan senjata dan meriam-meriam hingga bom. Perang Dunia
berkobar hingga jutaan jiwa melayang.
Presiden AS Woodrow Wilson - Sumber: Wikipedia |
Maka setelah
Perang Dunia I (PD I) dibentuklah Volkenbond (Liga Bangsa-Bangsa atas
usulan Presiden AS kala itu Woodrow Wilson berkedudukan di Genewa, Swiss), yang
mereka harap akan merukunkan bangsa-bangsa Eropa, takut kalau timbul peperangan
kembali.
Disinilah
muncul pertanyaan mengapa harus Volkenbond, (untuk mendamaikan dunia)
dan tidak agama Kristen yang mempropagandakan kasih sayang kepada sesame
manusia?.
Aneh! Dahulu
mereka menaklukan bangsa-bangsa Amerika dan Asia atas nama Kristen. Kata mereka
“untuk memberi keselamatan kepada bangsa-bangsa yang masih biadab itu…”
tetapi sekarang upaya mendamaikan dunia dan merukunkan bangsa di Eropa agama
Kristen tidak digunakan.
Anggota Volkenbond - Sumber: https://www.peacepalacelibrary.nl/imagecollection/organisatie-van-den-volkenbond-2/ |
Tapi apa
hasilnya? Ketika wakil-wakil mereka berpidato di Geneve (Genewa) untuk
memperkurang senjata, namun dibelakang itu kerajaan-kerajaan memperbanyak
meriam, kapal perang, gas beracun dan sebagainya. Makin banyak verdrag-verdrag
(Belanda: traktat/perjanjian) yang ditandatangani, makin jauh mereka dari
perdamaian yang mereka cita-citakan.
Golongan ketiga, mereka yang tidak mau menerima yang ada di injil dan tidak mau juga
membuang agama sama sekali, ialah para ahli-ahli pikir (ilmuwan). Semakin bertambah pengetahuan mereka maka
semakin terasa keperluan mereka terhadap agama. Ilmu harta benda mereka kejar,
namun rupanya tidak juga dapat memberi kesentosaan ruh mereka.
Akhirnya
lambat laun banyak hal (Kristen) yang menurut mereka bertentangan dengan akal
sehat, sehingga mereka membuat kongres-kongres untuk merombak agamanya.
Tercatat sejak 1915 hampir tiap tahun orang-orang modernisten mengadakan
konferensi, adapun hal-hal yang dipustukan:
a. Memungkiri bahwa Yesus anak Tuhan.
b. Bible itu tidak suci.
c. Memungkiri bahwa orang telah berdosa sejak dia dilahirkan.
d. Memutuskan bahwa setengah dari cara-cara beribadah dalam Kristen asalnya dari agama heiden (Belanda: heidendom:paganisme) seperti agama Zoroaster.
Ini sejalan
dengan firman Allah:
"Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya" (Al Maidah 13)
Dahulu
mereka mengubah, lari dari Islam, kini mengubah kembali pada Islam. Makin
banyak mereka memperbaiki makin dekat mereka dengan agama Islam.
Bagian
menarik dari tulisan ini adalah sebagaimana berikut berada diakhir tulisan:
Apabila kaum
terpelajar Barat ingin kepada agama yang tidak melarang dan juga menyuruh
memperdalam penghidupan, maka tinggalkanlah agama yang mengajarkan :
”vanitas vanitatum omnia sunt vanitas”
(Segala yang
kamu usahakan dimuka bumi ini adalah sama sekali kosong, dan tidak berharga)
Namun ambillah agama yang mengajarkan:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu" (Al Qasas 77)
Apabila
orang barat menghendaki agama yang dapat memberi perasaan kuat dalam mencari
kemajuan dan keinsyafan kepada harga diri, maka tinggalkanlah agama yang
mengajarkan bahwa manusia terlahir di dunia dengan berdosa sehingga harus minta
ampun dengan perantaraan wakil-wakil Tuhan di dunia ini tinggalkan juga agama
yang memaksa otak membenarkan 1=3 dan 3=1. Ambillah Islam yang se-sempurna-nya
menyatukan Tuhan.
Ilustrasi Kecerdasan - Sumber: Google |
Orang Barat
boleh periksa! Tak ada satu agama di dunia yang bisa memenuhi segala permintaan
tuan-tuan ini, melainkan Islam. Islam-lah mata air yang jernih yang mampu
melepaskan dahaga tuan-tuan itu.
Apabila
orang Barat ingin memperbaiki kesentosaan dunia, maka buanglah topeng palsu dan
omong kosong di kongres-kongres tuan-tuan itu, bunuhlah kebanggaan bangsa dalam
hati bangsa tuan-tuan, tanamlah bibit-bibit persaudaraan secara Islam yang
tidak memandang warna kulit, tinggalkanlah agama yang memusuhi akal manusia,
menghalangi kemajuan social menghambat kemajuan demokrasi yang sehat.
Tidak
ketakutan kepada peperangan melainkan cinta kepada perdamaian, yang terbit dari
cinta kepada makhluk Allah, karena cinta kepada Yang Membuatnya, sebagaimana
Islam telah ajarkan, yang bisa membuat tuan-tuan mencapai cita-cita tuan-tuan.
Komentar
Posting Komentar