Pelajaran Hidup Habibie Ainun

Semarang, 5 Januari 2020

"Masa lalumu adalah milikmu, masa lalu saya adalah milik saya, namun masa depan adalah milik kita bersama" (BJ. Habibie)

Hai para pembaca setia, akhir Desember 2019 kemarin saya diajak seorang kawan ke bioskop untuk nonton salah satu film based on novel yang menceritakan tokoh legendaris Indonesia, yakni Habibi dan Ainun 3.


Saat itu pukul 11.00 WIB di salah satu mall di Semarang kita membeli tiket untuk pukul 11.45 WIB yang untungnya masih tersisa. Setelah menunggu kurang lebih setengah jam kita memilih seat agak tengah belakang agar nyaman saat menonton.

Dalam tulisan ini saya ngga akan membocorkan isi filmnya yah, saya akan review aja, mungkin sedikit spoiler juga sih. Jadi bagi yang belum liat atau baca novelnya silahkan menikmati review saya ini.

Durasi film Habibie dan Ainun 3 seperti durasi film pada umumnya, tidak sampai tiga jam. Jujur film Habibie dan Ainun pertama saya sudah lihat tapi hanya sepotong-potong saja. Jika film kedua yang menceritakan kehidupan Rudi muda sudah saya lihat dan sangat menarik. Untuk film ketiga ini alhamdulillah dapat saya tonton full tanpa paksaan.

Sekembalinya kerumah saya langsung mencari novel Habibie dan Ainun tersebut untuk memenuhi hasrat membaca saya. Meskipun saya tidak punya novel tersebut namun di Semarang ada sebuah tempat yang menyediakan peminjaman buku dan beruntungnya buku tersebut saya dapatkan.

Bagi kawan-kawan pembaca sekalian yang suka membaca novel pasti akan merasakan betapa imajinasi kita lebih kuat dibandingkan apa yang tergambar di film. Itulah kenapa saya buru-buru mencari novel ini. Saya yakin film yang membuat saya kagum barusan didasarkan kepada novel yang berkualitas.

Setelah membacanya ternyata benar, kisah Habibie dan Ainun memang membuat para pembacanya bergetar. Diawal bertemu keduanya memang biasa saja dan sebelum menikah sempat dipisahkan oleh jarak antara Bandung/Indonesia dan Aachen/Jerman. Semasa studi keduanya memiliki kisah cintanya sendiri.

Ainun mengejar mimpinya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Bandung (sekarang ITB) dan Habibie di Rheinisch Westfahlische Technische Hochschule (RWTH) Aachen, Jerman Barat. Jarak ribuan kilometer itu tetap dapat mempertemukan mereka kembali.

Setelah puas membaca novel tersebut saya pun tak berhenti disitu, lanjut mencari soundtrack film Habibie dan Ainun 3. Taraaaa, soundtrack karya Melly Goeslaw yang dinyanyikan Mba Maudy Ayunda akhirnya saya dapatkan, berjudul Kamu dan Kenangan.

Lengkap sudah novel, film dan soundtrack Habibie dan Ainun saya nikmati di penghujung tahun 2019 ini.

Rasa perjuangan, kebahagiaan, keikhlasan, ketabahan, keberanian, pengorbanan mereka berdua amat terasa. Ditambah lirik lagu “Kamu dan Kenangan” yang dapat menggambarkan betapa kehilanganya Bapak Habibie atas wafatnya Ibu Ainun. Dukungan Ibu Ainun selama ia hidup semua digambarkan, namun betapapun sedihnya ia tetap yakin bahwa ini adalah wujud sayang Allah terhadapnya dan Ibu Ainun.

Dari kisah beliau saya belajar bahwa dalam hidup kita harus memilih dan siap dengan konsekuensi pilihan kita. Bagaimanapun komentar orang lain terhadap pilihan tersebut. Karena kita adalah orang yang paling mengetahui visi dan tujuan hidup kita bukan orang lain. Tentu pendapat pasangan, keluarga dan rekan menjadi pertimbangan pilihan yang akan kita pilih.

Kualitas jalan hidup dan sebesar apa manfaat hidup kita juga dapat kita tentukan, semakin besar manfaat yang kita tuju semakin besar juga rintangan yang menanti. Pak Habibie dan Ibu Ainun memilih tujuan hidup dan manfaat hidup yang amat besar sehingga rintanganya pun begitu besar.

Apapun yang mereka pilih, mereka tetap yakin bahwa Allah SWT bersama mereka.

Bagi pembaca setia saya sangat menyarankan membaca buku Habibie dan Ainun tersebut yang ditulis langsung oleh Bapak Habibie.

Mungkin sekian dulu, kurang lebihnya mohon maaf dan terimakasih. Waktu dan tempat dipersilahkan.

Komentar

Postingan Populer