Digital Dementia alias Pikun Gegara Gadget - #Talk 6

Semarang, 16 Desember 2020

Halo pembaca setia

Pernah ngga sih kalian mau melakukan sesuatu tiba-tiba lupa?

Lupa

Contoh nih ya, saya mau mencari tutorial masak di Youtube, kemudian saya ambil hape dan ketika saya membuka aplikasi tersebut ada video viral yang ngga terlalu penting tapi menggiurkan untuk dilihat, akhirnya saya liat video tersebut. Setelah selesai melihat video tersebut saya lupa bahwa saya mengambil hape dan membuka Youtube untuk mencari tutorial masak.

Pernah ngalamin hal begini?

Nah, beberapa hari yang lalu di Twitter, perhatian saya tertuju oleh seseorang yang sambat karena sering lupa terhadap pekerjaanya. Kemudian saya baca reply tweet tersebut ada seorang netizen yang menyarankan coba deh baca tentang digital dementia dan menyebutkan nama Manfred Spitzer.

Emang dasarnya saya itu kepo kan ya, alhamdulillah kali ini kepo-nya bermanfaat. Saya baca-baca deh tentang digital dementia dan cukup mengagetkan bahwa ini sebuah gejala kesehatan yang bisa terjadi kepada siapa saja yang over menggunakan teknologi.

Dalam tulisan kali ini saya akan berbagi kepada para pembaca sekalian mulai dari apa itu digital dementia, bagaimana gejalanya, apa saja penyebabnya dan bagaimana solusi menghadapi hal ini.

Apa itu Digital Dementia?

Secara literal dementia artinya pikun.

Menurut neurologist Jerman, Bapak Manfred Spitzer dalam bukunya Digital Dementia berarti kondisi seseorang yang menggunakan teknologi secara berlebihan hingga menyebabkan menurunya kemampuan kognitif seseorang, penurunan kemampuan ini biasa ditemukan kepada orang yang cedera kepala dan pengidap gangguan mental.


Teknologi disini berarti kebiasaan menggunakan atau mengandalkan teknologi untuk menyimpan atau mencari suatu hal.

Kemampuan kognitif itu meliputi proses berpikir, kemampuan mengingat, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan mengambil keputusan.

Seseorang yang terlalu bergantung pada teknologi bahkan dapat mengalami disfungsi ingatan jangka pendek. 

Fenomena paling jelas nih ya, anak-anak yang mengalami masa telpon umum pasti hafal nomer telfon rumah kan. Berbeda dengan sekarang, dengan kita yang terbiasa menyimpan nomor telfon dalam kontak digital, lebih praktis dan tidak mungkin hilang karena kita tidak mengingatnya.

Daripada susah mengingat nomor lebih baik add to new contact aja ye kan.

Atau dalam kasus lain kita tidak dapat mengingat nama peran dalam film yang barusan kita tonton. Otak kita berpikir daripada berusaha mengingat nama pemeran tadi mending googling aja.

Pernah ngalamin hal begini?

Nah efek yang saya sebutkan diatas seakan sepele kan ya, tapi kalau dibiarkan bisa berbahaya. 

Penggunaan teknologi berlebih bisa membuat penurunan fungsi otak, mungkin temen-temen ngga asing dengan istilah bahwa otak itu kaya karet, semakin dilatih dan digunakan semakin baik. 

Pak Spitzer menambahkan lagi perkembangan otak dari anak-anak hingga umur dua puluh lima tahun itu sangat baik. Rasa haus pengetahuan mereka sangat tinggi dan harus diisi, tapi ngga sedikit orang tua yang maunya gampang aja memberi mereka gadget. Maka daripada anak-anak disibukan dengan gadget lebih baik disibukan dengan mainan fisik, seperti mobil-mobilan, balok, pensil warna, dan semacamnya.

Apa yang terjadi pada otak?

Derasnya informasi yang kita terima melalui gadget itu dapat mengganggu daya konsentrasi. Seperti contoh tentang mencari tutorial masak diatas. Fokus kita berkurang dan teralihkan.

Lebih lanjut dalam artikel di Alzheimers.net penggunaan teknologi berlebih menyebabkan kerusakan otak kanan berakibat pada penurunan kemampuan konsentrasi dan mengingat.

Adakah solusi?

Pak Spitzer menyarankan agar menghilangkan gadget dari kelas. Emang mungkin pahit sih bagi anak-anak sekarang. 

Jadi proses belajar benar-benar manual. Perolehan informasi disampaikan guru atau buku dan anak-anak mencerna informasi tersebut dan mencatatnya di buku. Ingat ya, mencatat di buku tulis, bukan gadget.

Kalau dalam pepatah Arab kita diajarkan bahwa ilmu yang kita cari itu ibarat hewan buruan yang sulit didapat, dan menulis itu bagaikan membuat ikatan kuat pada hewan buruan tadi.

Masa iya kita udah susah-susah berburu malah dilepas aja.

Sepengetahuan saya proses penerimaan informasi dan penyimpananya ada tiga tingkatan. Tingkatan pertama atau terendah hanya mendengarnya, tingkatan kedua menulis informasi atau pengetahuan tersebut dan tingkatan ketiga adalah menyampaikanya.

Emang bener dulu jaman kuliah, Wakil Rektor selalu mewanti-wanti agar mahasiswanya membaca, menulis dan diskusi. Karena salah satu tanda kita paham akan suatu informasi adalah kita dapat menyampaikan ulang informasi tersebut.

Back to topic,

Solusi selanjutnya menguti Alzheimers.net, Dr. Carolyn Brockington merekomendasikan excercising our brain, yakni beberapa kegiatan yang dapat kita lakukan agar otak tetap optimal

Pertama biasakan mengelola informasi mulai penerimaan hingga usaha untuk memanggil informasi itu kembali, bukan gugling ya.Kedua, membaca buku fisik. Karena buku fisik ngga ada notifikasi yang akan mengganggu proses penerimaan dan pengelolaan informasi. Ketiga, pelajari bahasa asing dan paksa otakmu bekerja. Keempat mempelajari alat musik seperti piano dan gitar, karena bermain alat musik membuat kedua belah otak bekerja. Terakhir adalah olahraga, sempetin deh keluar rumah berkegiatan yang ngga pake gadget.

Tambahan nih dari saya,

Kalau pengalaman saya pribadi coba deh membuat catatan dalam buku fisik. Bisa diari, resep masakan, rencana atau apa deh agar kita ngga terlalu bergantung sama gadget.

Kemudian coba deh tahfidz Al Quran, bisa dimulai dari surat-surat yang pendek dulu. Paksa otak untuk menghafal disatu sisi ini bagian dari ibadah dan disisi lain sebagai penangkal pikun.

Gitu dulu ya, makasih yang udah baca sampai sini. Artikel ini terbuka untuk kritik dan saran. It’s a pleasure reading your comments below.

Keep up to date and stay healthy.

Referensi

Alzheimers.net


Komentar

  1. Wow insightful sekali ini artikelnya, makasih Mas Beryl, ak jadi lebih aware lagi nih sama penggunaan teknologi terutama hp.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer