Magang di Mahkamah Konstitusi #5 - Prof. Saldi Isra
Senin, 19 November 2018
Lt.8-MK, Jakarta Pusat
Yap,
kepercayaan anak sekarang adalah no picture, hoax. Setidaknya saya
bersyukur sekali seakan-akan Pak Bisar tahu betul apa yang ada dalam hati kamiJ. Kami pun keluar ruangan untuk berjabat tangan dengan beliau. Saya
tidak menyangka bisa langsung berhadapan dan berjabat tangan seperti ini, jika di kesempatan lain beliau selalu didampingi ajudan-nya yang tentu tak elok bagi kami jika tiba-tiba meminta foto bersama.
Lt.8-MK, Jakarta Pusat
Banyak
sekali pengalaman berharga yang saya dapat dengan kegiatan magang di Mahkamah
Konstitusi ini, salah satunya ialah bertemunya kami peserta magang dengan Prof.
Saldi Isra. Seperti yang saya ceritakan dalam tulisan sebelumnya (Magang diMahkamah Konstitusi #4) bahwa kami bertemu beliau di kantornya. Nah, dalam
tulisan ini saya menceritakan pertemuan kami untuk kedua kalinya bersama
beliau.
Prof. Saldi Isra dengan Presiden dan Wakil Presiden - Sumber :Google |
Selasa siang
13 November 2018 pukul 14.00 WIB lebih tepatnya, seperti biasa kami mengikuti
arahan dari pembimbing kami Pak Bisar di Perpustakaan MK. Briefing kali
ini dilaksanakan di ruangan milik Pak Hanin, terdapat rak-rak buku, dan meja
persegi besar lengkap diatasnya buku-buku perpustakaan yang belum diberi nomor.
Pembahasanya kali ini adalah mengenai paper yang sedang kami susun, kami
berkonsultasi tentang outline yang akan ditulis.
Ditengah
menariknya atmosfir diskusi tiba-tiba hadir seorang pria berdiri di pintu
menggunakan kemeja merah gelap dan memandangi kami yang sedang menikmati
diskusi. Seketika Pak Bisar berdiri dan menyalaminya “Selamat siang Prof.,
sedang mencari apa Prof.”, meskipun agak canggung namun saya ikut berdiri
sebagai wujud ta’dzim kami kepada Hakim Konstitusi, Prof. Saldi Isra. Setelah bersalaman Pak Bisar langsung mendampingi beliau keluar ruangan untuk membantu mencarikan sebuah buku. Namun hal menarik terjadi beberapa detik sebelum
meninggalkan ruangan, beliau berkata “Prof. ini mahasiswa magang mau foto
Prof.” mendengar hal itu kami semua tersenyum lebar.
Diskusi Harian di Perpustakaan - Sumber :Dokumen Pribadi |
Akhirnya
kami pun foto bersama, dan beliau menanyakan kami dari mana, kemudian harapan
beliau selesai magang disini menghasilkan satu tulisan yang bermanfaat. Beliau
juga mengakui bahwa pembimbing kami orang hebat, jadi perlu digali ilmunya.
Peserta Magang dengan Prof. Saldi Isra - Sumber :Dokumen Pribadi (Terimakasih kepada Bpk. Bisar yang telah mengambil gambar) |
Kesan
pertama saya bertemu langsung dengan Prof. Saldi Isra adalah sederhana dan
ramah. Dari penampilan beliau, tutur katanya, dan juga perhatianya kepada kami
yang hanya mahasiswa semester tujuh dan masih bingung dengan judul skripsi.
Namun itulah hal yang harus saya teladani, meskipun ditengah kesibukan beliau
menjadi Hakim beliau tetap menyempatkan berkunjung ke perpustakaan untuk
membaca buku, dan bertegur sapa dengan kami yang belum menjadi apa-apa ini.
Sungguh saya
ingin sekali menjadi pakar hukum, entah hukum apa, namun setidaknya dengan apa
yang saya pelajari sekarang, nantinya saya bisa membanggakan agama saya, kedua
orang tua saya, adik-adik saya, guru-guru saya, almamater saya dan bangsa
Indonesia.
Sedikit
berbagi mengenai profil beliau Prof. Saldi Isra, dilahirkan pada 20 Agustus
1968 di Paninggahan, Solok, Sumatera Barat. Beliau dilantik Presiden Joko
Widodo pada 11 April 2017 lalu, yang sebelumnya merupakan Guru Besar Hukum Tata
Negara Universitas Andalas, Padang, Sumbar.
Ketika SMA
ia mengambil jurusan Fisika, dan tidak pernah terbayang mengambil jurusan ilmu
hukum. Pada masa itu ia ingin masuk ke Institut Teknologi Bandung, dengan modal
nilai yang diatas rata-rata. Namun, Allah berkehendak lain maka pada 1990 ia
mengikuti UMPTN dan lolos di jurusan Ilmu Hukum di Universitas Andalas (Unand).
Baginya mahasiswa
Fakultas Hukum merupakan pengalaman baru. Sebelumnya ia bergelut dengan
rumus-rumus matematika namun dengan jurusan yang dipilihnya ia harus banyak
membaca dan menulis. Usahanya di FH pun tidak sia-sia, dibuktikan dengan hasil
IPK-nya di akhir semester ialah 3,86 dengan predikat lulus Summa Cum Laude.
Selama 22
tahun lamanya ia mengabdi di almamaternya, Universitas Andalas. Namun tak hanya
itu, ia juga berhasil menuntaskan pendidikan pascasarjana dengan meraih gelar
Master of Public Administration di Universitas Malaya, Malaysia pada 2001. Dilanjutkan
pada 2009 ia menamatkan pendidikan doktoralnya di Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta dengan predikat lulus Cum Laude. Dan setahun setelahnya ia
dikukuhkan menjadi Guru Besar Hukum Tata Negara.
Setidaknya itu
sedikit profil beliau yang bisa kita jadikan teladan, tentu masih banyak lagi prestasi dan pencapaian beliau, selebihnya bisa dibaca di
web Mahkamah Konstitusi, disini.
Semoga kita
semua dapat mencapai cita-cita yang kita niatkan. Sungguh ingin sekali rasanya bisa belajar di Leiden University, dengan beasiswa dan menyandang profesi sebagai pengacara muda.
Komentar
Posting Komentar